Tuesday, May 12, 2020

Yuk, Pahami Dasar Partisi Pada Hard disk

Mengapa hard disk harus dibuat partisi ? Berikut ini alasan yang perlu kamu tahu

  • Hard disk harus dipartisi dengan tujuan memisahkan data/file-file milik sistem dan file milik pengguna. Pada sistem komputer modern, hard disk berperan sebagai mekanisme booting utama atau lokasi sistem operasi. Jika sistem operasi mengalami kendala dan hard disk tidak dipartisi, tentu akan beresiko pada data milik pengguna. Sebaliknya, data dalam partisi yang berbeda tidak akan terlalu beresiko meski sistem tidak dapat bekerja dengan normal.
  • Efisiensi penggunaan serta memudahkan manajemen file/data. Partisi hard disk akan memudahkan kamu untuk menyimpan dan mengatur banyak data dalam komputer. Misalnya, partisi C untuk sistem operasi, partisi D untuk data pribadi, dan sebagainya. Apalagi jika kamu menggunakan dua sistem operasi yang berbeda dalam satu komputer.
  • Karena penggunaannya lebih efisien, maka akses pada hard disk bisa lebih cepat. Hal ini tentu akan meningkatkan kinerja komputer serta produktifitas kerja. Partisi juga akan memudahkan saat proses perawatan seperti pemerikasaan dan diagnosa hard disk.

Tapi kamu juga perlu memperhatikan jika partisi hard disk juga memiliki resiko, diantaranya

  • Hard disk bekerja dengan sistem mekanik. Saat mengakses beberapa partisi sekaligus, akan menimbulkan "gap" dalam partisi tersebut. Hal ini disebabkan karena proses penulisan data pada beberapa disk platter secara bersamaan
  • Gap tersebut dapat mengakibatkan posisi data menjadi terpencar atau tidak berdekatan. Inilah yang disebut dengan fragmen atau pecahan file. Saat file tersebut diakses, akan membutuhkan waktu karena harus mencarinya di banyak lokasi. Oleh karena itu, setiap partisi hard disk harus rutin dilakukan defragmentasi.
  • Setiap partisi hard disk membutuhkan pengaturan yang berbeda. Tentu sistem operasi harus terus menjaga agar semua partisi tidak mengalami kendala. Jika partisi yang digunakan cukup banyak, bukan tidak mungkin akan memberatkan kinerja hard disk.

Data yang tersimpan dalam partisi hard disk diatur melalui struktur yang dinamakan file system. Saat membuat partisi baru, kamu harus melakukan format pada partisi tersebut dengan mengatur file system tertentu sebelum bisa digunakan untuk menyimpan file.

Sebuah partisi hanya boleh menggunakan satu file system. Jika ingin menggunakan file system lain, harus melakukan format partisi ulang dengan resiko data dalam partisi hilang. Kamu juga hanya dapat menggunakan file system yang telah didukung oleh sistem operasi. Meski begitu, kamu dapat menggunakan beberapa file system berbeda dalam satu hard disk.

Jenis partisi hard disk

Primary

Merupakan jenis partisi standar dalam hard disk. Jenis partisi ini paling banyak digunakan terutama oleh sistem operasi. Sistem komputer modern mengharuskan lokasi boot berada pada partisi primer. Selain sistem operasi, jenis partisi ini juga dapat digunakan untuk menyimpan data pengguna.

Extended

Berbeda dengan partisi primer, jenis partisi ini justru tidak bisa untuk menyimpan data. Jumlah maksimal partisi ini hanya satu dalam sebuah hard disk. Lalu, bagaimana cara menggunakan jenis partisi ini ? kamu bisa memecah jenis partisi ini menjadi banyak partisi logical.

Logical

Jenis partisi ini merupakan bagian dari partisi extended. Untuk membuat partisi ini, kamu terlebih dahulu harus membuat partisi extended kemudian membaginya dalam beberapa partisi. Secara fungsional, partisi ini tidak jauh berbeda dengan partisi primer.

Berikut ini cara melihat jenis partisi hard disk dalam komputer

  • Tekan tombol Win+R untuk membuka kotak dialog Run
  • Ketik diskmgmt.msc
  • Klik tombol OK atau Enter
  • Dalam jendela Disk Management akan terlihat daftar partisi, jenis partisi, kapasitas, file system yang digunakan, hingga susunan partisi.

Skema partisi / Partition Style

Dalam sebuah hard disk, partisi memiliki struktur atau layout tertentu. Struktur partisi umumnya dikenal dengan skema atau style (gaya). Skema partisi hard disk ditentukan oleh sistem komputer yang digunakan. Sebuah hard disk hanya menggunakan satu skema. Jika ingin menggunakan skema lain, maka harus melakukan partisi ulang secara keseluaruan. Berikut ini dua skema partisi yang paling banyak digunakan

Master Boot Record (MBR)

Skema ini merupakan paling banyak digunakan karena sudah ada sejak era komputasi modern dimulai. Skema MBR digunakan pada PC dengan sistem BIOS. Jika komputermu hanya menggunakan sistem BIOS, dipastikan skema hard disk yang digunakan yaitu MBR. MBR didukung oleh banyak sistem operasi. Pada skema ini, semua informasi vital seperti aturan partisi, lokasi OS, dll disimpan dalam sektor pertama hard disk.

Baca juga :Berkenalan Dengan UEFI BIOS Pada PC
MBR hanya mendukung 4 partisi primer dalam satu hard disk. Jika ingin membuat lebih banyak partisi, maka harus membuat sebuah partisi extended sebelum membaginya dalam bentuk partisi logical.

Karena masih menggunakan sistem BIOS, skema MBR hanya mendukung pengalamatan 32-bit. Itu artinya dengan skema MBR, secara teori sistem hanya mampu melakukan booting pada hard disk hingga kapasitas 2 TB saja. Sebetulnya, dengan hard disk modern saat ini skema MBR bisa saja mengakses hingga kapasitas 16 TB.

GUID Partition Table (GPT)

Skema GPT menjadi bagian penting dalam sistem UEFI pada PC modern. UEFI merupakan sistem firmware modern yang menggantikan sistem BIOS. Jadi, skema GPT digunakan untuk menggantikan skema MBR. Salah satu kelebihan skema GPT diantaranya dapat melakukan pengalamatan hingga 64-bit sehingga mampu mengakses penyimpanan hingga 9,4 ZB.

Selain itu, skema GPT juga mampu menangani hingga 128 partisi primer. Tidak perlu lagi membuat partisi extended/logical. Berbeda dengan skema MBR, GPT menyimpan informasi vital seperti aturan partisi, lokasi boot OS, dll di banyak blok. Tujuannya sebagai backup jika terjadi kerusakan.

Teknologi UEFI maupun skema GPT relatif masih baru. Jadi, tidak banyak sistem operasi yang mendukung skema ini. Saat ini, hanya beberapa sistem operasi terbaru saja yang sudah mengadopsi skema GPT. Ke depan, bukan tidak mungkin akan banyak sistem operasi yang menggunakan skema ini.

Baca juga : Tips Mengoptimalkan UEFI BIOS Dalam PC - Bagian 1
Skema MBR atau GPT umumnya sudah otomatis diatur oleh sistem. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Jika komputer hanya menggunakan sistem BIOS, dipastikan skema hard disk yang digunakan yaitu MBR. Begitu pula jika menggunakan UEFI, skema yang digunakan pasti GPT. Namun dengan alasan kompatibilitas, sistem UEFI masih menyediakan dukungan untuk penggunaan skema MBR.

Jika ingin mengganti skema hard disk, kamu harus bersiap dengan resiko kehilangan partisi/data. Tapi, saat ini sudah banyak aplikasi atau tools untuk konversi skema MBR ke GPT (dan sebaliknya) tanpa harus menghilangkan data.

Berikut ini cara melihat jenis skema hard disk dalam komputer

  • Tekan tombol Win+R untuk membuka kotak dialog Run
  • Ketik devmgmt.msc
  • Klik tombol OK atau Enter
  • Dalam jendela Device Manager akan terlihat daftar perangkat hardware dan komponennya.
  • Klik ganda Disk drive
  • Klik ganda perangkat hard disk yang ada
  • Klik tab Volumes, kemudia klik tombol Populate
  • Pada label Partition Style akan tertera jenis skema hard disk yang terpasang

Semoga bermanfaat...!

No comments:

Post a Comment